BIOGRAFI TOKOH BUGIS
Letnan Jenderal TNI Andi M. Ghalib, SH (Bone, Sulawesi Selatan, 3 Juni 1946) adalah Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode 1998 sampai 1999.
Andi Muhammad Jusuf Amir (Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1928–Makassar, Sulawesi Selatan, 8 September 2004) atau lebih dikenal dengan nama Jenderal M. Jusuf adalah salah tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Beliau juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis — hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya — akan tetapi melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.
Dalam posisi pemerintahan beliau pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978 – 1983. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada periode 1964 – 1974 dan juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 1983 – 1993. Beliau juga merupakan salah satu saksi kunci perisitiwa Supersemar beserta Jenderal Basuki Rahmat dan Jenderal Amirmachmud.
Keluarga
Beliau merupakan putera seorang bangsawan yang bernama Raja Kayuara. Beristerikan Elly Saelan dan memiliki seorang anak yang sudah meninggal dunia bernama Jaury Jusuf Putra.
Pendidikan
Umum
HIS di Watampone
MULO
SMA
Militer
Kursus Atase Militer
SSKAD (Sekolah Staf & Komando AD) sekarang Seskoad di Bandung (1952-1953)
US Army Infantry Officers Advanced Course di Fort Benning, Amerika Serikat 1955-1956
Kursus Lintas Udara / Airborne Course di Amerika Serikat
Kursus Singkat Khusus Angkatan IV
Seskoad 1969
Karier
Militer
Perang Kemerdekaan di satuan Sulawesi (KRIS) di Yogyakarta
Ajudan Letkol Kahar Muzakkar di staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di Yogyakarta
Kapten dalam Corps Pilisi Militer (CPM) (Desember 1949)
Anggota Staf Komisi militer untuk Indonesia Timur (Desember 1949–1950)
Ajudan Panglima TT-VII/TTIT Kolonel Alex Kawilarang (April 1950)
Kepala Staf Resimen Infanteri (RI)-24 di Manado (1953–1954)
Asisten II (Operasi) TT-VII/TTIT di Makassar (1955–1956)
Kepala Komando Reserve Umum (KRU) dgn pangkat Mayor (Oktober 1956)
Kepala Staf Resimen Hassanudin (RI-Hasanuddin) di Pare-pare Sulsel (ex KRU)
Menandatangani Naskah Piagam Permesta (no.24) (1 Maret 1957)
Pangkat Letkol (Februari 1958)
Kepala Staf Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) di Makassar (Februari 1959)
Panglima KDMSST (Oktober 1959)
Pangkat Kolonel (Juli 1960)
Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di Makassar (1960–1964)
Menhankam/Panglima ABRI dalam Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1978–19 Maret 1983)
Sipil/Menteri
Menteri Perindustrian Ringan di Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964–21 Februari 1966)
Menteri Perindustrian Dasar di Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966–28 Maret 1966)
Menteri Perindustrian Dasar di Kabinet Dwikora III (28 Maret 1966–25 Juli 1966)
Menteri Perindustrian Dasar & Menengah di Kabinet Ampera I (25 Juli 1966–17 Oktober 1967)
Menteri Perindustrian di Kabinet Pembangunan I (6 Juni 1968–28 Maret 1973)
Menteri Perindustrian di Kabinet Pembangunan II (28 Maret 1973–28 Maret 1978)
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1983–1988 dan 1988–1993)
Perang Kemerdekaan di satuan Sulawesi (KRIS) di Yogyakarta
Ajudan Letkol Kahar Muzakkar di staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di Yogyakarta
Kapten dalam Corps Pilisi Militer (CPM) (Desember 1949)
Anggota Staf Komisi militer untuk Indonesia Timur (Desember 1949–1950)
Ajudan Panglima TT-VII/TTIT Kolonel Alex Kawilarang (April 1950)
Kepala Staf Resimen Infanteri (RI)-24 di Manado (1953–1954)
Asisten II (Operasi) TT-VII/TTIT di Makassar (1955–1956)
Kepala Komando Reserve Umum (KRU) dgn pangkat Mayor (Oktober 1956)
Kepala Staf Resimen Hassanudin (RI-Hasanuddin) di Pare-pare Sulsel (ex KRU)
Menandatangani Naskah Piagam Permesta (no.24) (1 Maret 1957)
Pangkat Letkol (Februari 1958)
Kepala Staf Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) di Makassar (Februari 1959)
Panglima KDMSST (Oktober 1959)
Pangkat Kolonel (Juli 1960)
Panglima Kodam XIV/Hasanuddin di Makassar (1960–1964)
Menhankam/Panglima ABRI dalam Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1978–19 Maret 1983)
Sipil/Menteri
Menteri Perindustrian Ringan di Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964–21 Februari 1966)
Menteri Perindustrian Dasar di Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966–28 Maret 1966)
Menteri Perindustrian Dasar di Kabinet Dwikora III (28 Maret 1966–25 Juli 1966)
Menteri Perindustrian Dasar & Menengah di Kabinet Ampera I (25 Juli 1966–17 Oktober 1967)
Menteri Perindustrian di Kabinet Pembangunan I (6 Juni 1968–28 Maret 1973)
Menteri Perindustrian di Kabinet Pembangunan II (28 Maret 1973–28 Maret 1978)
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1983–1988 dan 1988–1993)
Arung Palakka (Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, 15 September 1634–Bontoala, 6 April 1696[1]) adalah sultan Kesultanan Bone dari tahun 1672 hingga 1696. Saat masih seorang pangeran, ia memimpin kerajaannya dalam meraih kemerdekaan dari Kesultanan Gowa pada tahun 1660-an. Ia bekerjasama dengan Belanda dalam merebut Kota Makassar. Palakka membawa suku Bugis menjadi kekuatan maritim besar yang bekerjasama dengan Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad.
Arung Palakka bergelar La Tan-ri Tatta To’ Urong To-ri Sompi Patta Malampei Gammana Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sri Sultan Sa’ad ud-din (ejaan di atas mengacu pada ejaan huruf lontara; pelafalan yang benar adalah “La Tenritatta To Ureng To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme’na Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sultan Sa’adduddin”) [MatinroE-ri Bontowala], Arumpone Bone.
Biografi
Kelahiran & Kematian
Lahir di Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, tanggal 15 September 1634, anak dari La Pottobunna, Arung Tana Tenga, dengan istrinya, We Tan-ri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, anak dari La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone Bone. Arung Palakka meninggal di Bontoala, pada 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontobiraeng.
Pernikahan
Menikah pertama dengan Arung Kaju (bercerai).
Menikah kedua kalinya dengan Sira Daeng Talele Karaeng Ballajawa pada 16 Maret 1668 (bercerai pada 26 Januari 1671), (lahir pada 10 September 1634; meninggal 11 Februari 1721), sebelumnya isteri dari Karaeng Bontomaronu, dan Karaeng Karunrung ‘Abdu’l Hamid, mantan Tuma’bicara-butta Gowa, anak perempuan dari I-Mallewai Daeng Ma’nassa Karaeng Mataoya, Karaeng Chenrana dan kadang sebagai Tumalailang Gowa, oleh isterinya, Daeng Mangeppe, anak dari I-Mallingkaang Daeng Mannyon-ri Karaeng Matoaya Sultan ‘Abdu’llah Awwal al-Islam, Karaeng Tallo.
Menikah ketiga kalinya di Soppeng, pada 20 Juli 1673, We Tan-ri Pau Adda Sange Datu-ri Watu [MatinroE-ri Madello], Datu Soppeng, sebelumnya isteri dari La Suni, Adatuwang Sidenreng, dan anak perempuan dari La Tan-ri Bali Beowe II, Datu Soppeng.
Menikah keempat kalinya pada 14 September 1684, dengan Daeng Marannu, Karaeng Laikang (meninggal 6 Mei 1720), sebelumnya isteri dari Karaeng Bontomanompo Muhammad, dan anak dari Pekampi Daeng Mangempa Karaeng Bontomaronu, Gowa
ANDI MAPPANYUKKI
Andi Mappanyukki adalah salah seorang pejuang dari Sulawesi Selatan. Lahir tahun 1885 dengan nama ayah Makkulau Daeng Serang Lembang Parang Sultan Husain Tu Lengkura ri Budu’na (Raja GOWA ke XXXIV) dengan ibu kandung adalah I Cella Wetenripadang Arung Alita, putri tertua dari La Parenrengi Paduka Sri Sultan Ahmad, Arumpone Bone ke-32.
Beliau sejak berusia 20 tahun sudah mengangkat senjata untuk berperang mengusir kolonial Belanda, perang yang dilakoni dimasa muda itu takala mempertahankan pos pertahanan kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari.
Pada tahun 1931 atas usulan dewan adat beliau diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga beliau bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Karena menolak bersekutu dengan Belanda, Beliau pun “di turunkan” dari sebagai raja Bone oleh kekuatan dan kekuasaan Belanda, kemudian di asingkan selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja.
Kepribadian dan integritas beliau sebagai pejuang yang tidak kenal takut dan pantang menyerah kepada Belanda menjadi suri tauladan bagi putra-putra beliau untuk turut berjuang. Hal ini diteladani oleh Andi Pangerang Petta Rani dan Andi Abdullah Bau Massepe yang dikenal juga sebagai pejuang kemerdekaan yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1931 atas usulan dewan adat beliau diangkat menjadi Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim, sehingga beliau bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Karena menolak bersekutu dengan Belanda, Beliau pun “di turunkan” dari sebagai raja Bone oleh kekuatan dan kekuasaan Belanda, kemudian di asingkan selama 3,5 tahun di Rantepao, Tana Toraja.
Kepribadian dan integritas beliau sebagai pejuang yang tidak kenal takut dan pantang menyerah kepada Belanda menjadi suri tauladan bagi putra-putra beliau untuk turut berjuang. Hal ini diteladani oleh Andi Pangerang Petta Rani dan Andi Abdullah Bau Massepe yang dikenal juga sebagai pejuang kemerdekaan yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Beliau wafat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya, dimana daerah beliau juga dilahirkan. Makamnya tidak diletakkan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh masyarakat dan pemerintah di letakkan di Taman makam Pahlawan Panaikang Makassar (Ujung Pandang) dengan upacara kenegaraan.
Andi Mapetahang Fatwa atau AM Fatwa (lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 12 Februari 1939) adalah seorang anggota DPR RI dan Wakil Ketua MPR RI dari PAN.
Situs resmi A.M. Fatwa
ANDI JALAL BACHTIAR
Mayor Jenderal (Purn.) Andi Jalal Bachtiar (Bone, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1942–Jakarta, 4 Mei 2006) adalah seorang politikus Indonesia. Jalal menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Bintang Reformasi (PBR) mewakili daerah pemilihan Makassar sejak tahun 2004 hingga meninggal dunia.
Seorang purnawirawan TNI Angkatan Darat, ia bergabung dengan PBR pada tahun 2002 dan merupakan pengurus Majelis Pakar PBR yang aktif hingga akhir hayatnya. Di DPR, Jalal menjadi anggota Komisi II yang membidangi masalah pemerintahan.
Jalal yang masih merupakan saudara dari Wakil Ketua MPR, AM Fatwa, meninggal dunia secara mendadak saat mengikuti rapat di Gedung DPR/MPR.
MUHAMMAD JUSUF KALLA
Jusuf Kalla atau Muhammad Jusuf Kalla (lahir Watampone, Sulawesi Selatan; 15 Mei 1942) adalah wakil presiden Indonesia dan Ketua Umum Partai Golkar.
Awal Kehidupan
Jusuf Kalla lahir di Wattampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942) adalah orang Makassar dan pengusaha dengan bendera Kalla Group. Bisnis tersebut meliputi berbagai jaringan di beberapa bidang. Ia juga Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini.
Anak pasangan pengusaha sukses Haji Kalla dan Athirah, M. Jusuf Kalla menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (Presiden RI yang ke-4), tetapi diberhentikan dengan tuduhan terlibat KKN.
Jusuf Kalla kembali diangkat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di bawah pemerintahan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI yang ke-5). Jusuf Kalla mengundurkan diri sebagai Menteri karena maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis M. Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Dengan kemenangan yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI yang ke-6, secara otomatis M. Jusuf Kalla juga berhasil meraih jabatan sebagai Wakil Presiden RI yang ke-10. Bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono, keduanya menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat.
Ia juga menjabat sebagai ketua umum Partai Golongan karya menggantikan Akbar Tanjung sejak Desember 2004.
Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla juga menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini Jusuf Kalla yang di Makassar disapa dengan Daeng Ucu ini masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Alumni Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat. Itu merupakan salah satu organisasi Golkar yang mayoritas anggotanya bergelar master, doktor, bahkan profesor. Sebagain besar mereka adalah cendekiawan, pejabat publik, dan pengamat. Ada yang tercatat masih bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan CIDES. Bahkan, ada yang berstatus pejabat publik, pegawai negeri sipil, hingga pensiunan jenderal.
Di posisi anggota Dewan Pakar yang dipimpin mantan Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto terdapat nama seperti Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution, Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, Staf Khusus Wakil Presiden Moh Abduh, serta Kepala Badan Pengatur Hilir Migas Tubagus Haryono. Bahkan, tercatat nama mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.
Adapun sejumlah pengamat komunikasi, hukum, politik, ekonomi, dan pasar modal adalah Pradjoto, Umar Juoro, Indira Samego, Tjipta Lesmana, dan Dandosi Matram. Selain, nama mantan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Syaifuddin Hassan dan Tri Hanurita (anak perempuan konglomerat Sudwikatmono).
Pendidikan
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
The European Institute of Business Administration, Perancis (1977)
Sebelum terjun ke politik, Jusuf Kalla juga menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan. Hingga kini Jusuf Kalla yang di Makassar disapa dengan Daeng Ucu ini masih menjabat Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Alumni Universitas Hasanuddin, setelah terpilih kembali pada musyawarah September 2006.
Pada 10 Januari 2007, ia melantik 185 pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan Kekaryaan Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golongan Karya di Slipi, Jakarta Barat. Itu merupakan salah satu organisasi Golkar yang mayoritas anggotanya bergelar master, doktor, bahkan profesor. Sebagain besar mereka adalah cendekiawan, pejabat publik, dan pengamat. Ada yang tercatat masih bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan CIDES. Bahkan, ada yang berstatus pejabat publik, pegawai negeri sipil, hingga pensiunan jenderal.
Di posisi anggota Dewan Pakar yang dipimpin mantan Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto terdapat nama seperti Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution, Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom, Staf Khusus Wakil Presiden Moh Abduh, serta Kepala Badan Pengatur Hilir Migas Tubagus Haryono. Bahkan, tercatat nama mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.
Adapun sejumlah pengamat komunikasi, hukum, politik, ekonomi, dan pasar modal adalah Pradjoto, Umar Juoro, Indira Samego, Tjipta Lesmana, dan Dandosi Matram. Selain, nama mantan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Syaifuddin Hassan dan Tri Hanurita (anak perempuan konglomerat Sudwikatmono).
Pendidikan
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)
The European Institute of Business Administration, Perancis (1977)
ANDI ALFIAN MALLARANGENG
Andi Alifian Mallarangeng (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 14 Maret 1963) adalah seorang pengamat politik Indonesia yang saat ini menjabat sebagai juru bicara kepresidenan bagi Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga menjabat pemimpin redaksi situs web presiden Susilo Bambang Yudhoyono (www.presidensby.info).
Andi Alifian Mallarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar DRS Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.
Ayahnya, Andi Mallarangeng (1936-1972) adalah walikota Parepare yang menjadi walikota pada usia 32 tahun. Ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi yunior berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi (1910-1977), Mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya. Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.
Sejak menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut Ilmu Pemerintahan (1999-2002). Tetapi nasib berkata lain. Jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan munculnya tuntutan reformasi, mengharuskan penataan ulang sistem politik dan sistem pemerintahan di Indonesia, yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan desentralisasi. Sebagai Doktor Ilmu Politik baru dengan disertai tentang Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior, Andi diminta menjadi anggota Tim Tujuh (1998-1999) yang dipimpin oleh Prof. DR. Ryaas Rasyid, untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi daerah.
Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut ketika ia dipercaya sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999. Dengan dibentuknya Kementrian Otonomi Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Kementrian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10 bulan. Ia kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik sebagai Chair of Policy Committee pada Partnership for Govermance Reform in Indonesia (2000-2002). Ia sempat mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian, ia juga dikenal sebagai pengamat, kolumnis dan komentator politik di berbagai media.
Andi sementara ini berhenti menjadi dosen, karena sejak Oktober 2004 ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak itu pula, mantan aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam dan Senat Mahasiswa ini pun berhenti sementara menjadi pengamat dan komentator politik. Baginya tugas sebagai Juru Bicara Kepresidenan ini adalah suatu kehormatan yang menuntut seluruh waktu dan perhatiannya.
Penghargaan yang pernah diraih Andi A. Mallarangeng adalah Man of the Year, Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995).
Ia mempunyai seorang istri yang bernama Vitri Cahyaningsih dan dua orang anak yang bernama Gemintang Mallarangeng dan Gemilang Mallarangeng.
www.mallarangeng.com
Ayahnya, Andi Mallarangeng (1936-1972) adalah walikota Parepare yang menjadi walikota pada usia 32 tahun. Ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi yunior berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi (1910-1977), Mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya. Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.
Sejak menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut Ilmu Pemerintahan (1999-2002). Tetapi nasib berkata lain. Jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan munculnya tuntutan reformasi, mengharuskan penataan ulang sistem politik dan sistem pemerintahan di Indonesia, yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan desentralisasi. Sebagai Doktor Ilmu Politik baru dengan disertai tentang Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior, Andi diminta menjadi anggota Tim Tujuh (1998-1999) yang dipimpin oleh Prof. DR. Ryaas Rasyid, untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi daerah.
Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut ketika ia dipercaya sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999. Dengan dibentuknya Kementrian Otonomi Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Kementrian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10 bulan. Ia kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik sebagai Chair of Policy Committee pada Partnership for Govermance Reform in Indonesia (2000-2002). Ia sempat mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian, ia juga dikenal sebagai pengamat, kolumnis dan komentator politik di berbagai media.
Andi sementara ini berhenti menjadi dosen, karena sejak Oktober 2004 ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak itu pula, mantan aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam dan Senat Mahasiswa ini pun berhenti sementara menjadi pengamat dan komentator politik. Baginya tugas sebagai Juru Bicara Kepresidenan ini adalah suatu kehormatan yang menuntut seluruh waktu dan perhatiannya.
Penghargaan yang pernah diraih Andi A. Mallarangeng adalah Man of the Year, Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995).
Ia mempunyai seorang istri yang bernama Vitri Cahyaningsih dan dua orang anak yang bernama Gemintang Mallarangeng dan Gemilang Mallarangeng.
www.mallarangeng.com
H.M. AMIN SYAM
HM Amin Syam, adalah seorang politikus Indonesia. Ia menjabat Gubernur Sulawesi Selatan sejak tahun 2003. Pasangannya sebagai wakil gubernur ialah Syachrul Yasin Limpo. Sebelumnya dia pernah menjadi hakin dan guru di militer, bupati, dan ketua DPRD Sulsel. Dia menang telak dalam Pemilihan Gubernur pada tahun 2002.
Saat ini dia maju lagi untuk ikut pemilihan gubernur Sulawesi Selatan tahun 2007 berpasangan dengan Prof. Dr. Mansyur Ramli untuk periode 2008-2013.
H.A.Jamaluddin.P, lahir tahun 1959 di Masago, adalah nama asli yang kemudian disekitar tahun 80-an, membuat nama samaran menjadi AJIEP PADINDANG, saat aktif dalam dunia kesenian, tidur dipanggung pementasan, berbagai secangkir Kopi di pagi hari dan larut dengan latihan-latihan teater di soreh hari, kemudian malam bercanda tiada batas. Tahun 1984, menikah dengan seorang perempuan Sidenreng bernama Hastina dan kini punya anak tiga, A.Saputra Macirinna sedang S-2 di UGM, Jokjakarta, A.Rizky Maruddani, semester akhir di FISIPOL-Sosiologi Kriminal, UNHAS, A.Putra Pratama Mangewa, kelas I, SMA Neg.I, Makassar.
Saat aktif didunia jurnalistik yang dimulai di Surat Kabar Mingguan Makassar Press kemudian ke SKM.Pos Makassar hingga Koresponden Skh Berita Buata Jakarta, makin menguatkan nama tersebut dan akhirnya saya resmikan melalui Pengadilan Negri Ujungpandang, sebagai nama sah : Ajiep Padindang. Begitulah sebuah nama menjadi berarti dan banyak keluarga kehilangan jejak, kemudian menjadi kikuk memanggilnya.
Saya lahir dari lingkungan kehidupan agraris di Selatan Bone, tepatnya Desa Masago, Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sekarang beralamat di Kompleks Anggreak AM3/1, Minasa, Kabupaten Gowa dan Jalan Sungai Asahan No.1 B, Ponceng, Watampone, Kabupaten Bone.
Orang tua saya berLatar belakang kehidupan petani, sebab ketika peralihan pemerintahan dari system kerajaan menjadi Pemerintahan Republik Indonesia, Bapak saya tercinta Andi Padindang Petta Terru, tidak menjadi pewaris ‘akkarungeng’ melainkan berakhir di kakek saya, Andi Baso Maccirinna, sebagai Arung Masago, sebuah kerajaan palili dari Kerajaan Bone, akhirnya melebur menjadi Desa Masago dalam wilayah Kecamatan Patimpeng.
Saya menghabiskan masa remaja di Kampung halaman dengan menempuh sekolah ke SMP Negri Palattae, berjalan kaki sekitar 8 km pulang pergi, melalui pematang sawah dan terkadang tanpa sandal. Setelah itu ke Makassar dan Alhamdulillah mampu menyelesikan Study sementara hingga S-2 di Program pascasarjana UMI, Tahun 2005. Sebuah perjalanan hidup yang jika diukur sekarang dianggap menderita, tetapi di masa tahun 70-an, sudah terbilang kehidupan yang lumayan. Sebab memang daerah itu baru terbangun dari perjalanan waktu yang melelahkan karena belum merdeka secara fisik, muncul kekacauan akibat DII-TII hingga barulah disekitar tahun 67-an, pembangunan bisa dilaksanakan.
Saya sering berfikir, betapa luar biasanya sikap dan keputusan Seorang Tokoh Pejuang H.A.Pangerang Petta Rani dan ayahnya A.Mappanyukki, yang memperjuangkan dan memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, kemuaian menyerahkan tanah kekuasaannya. Sebuah sikap dari seorang pemimpin yang sulit diikuti di zaman sekarang ini. Sungguh. Seorang raja, menyerahkan wilayah kekuasaan tanpa berharap balas jasa, buktinya ketika saya memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional untuk A.Mappanyukki, betapa sulitnya mengurus di Depsos-RI, kemudian lolos pada tahun 2005. Sedangkan H.A.Pangerang Petta Rani, secara formal belum bergelar Pahlawan Nasional. Wah….
Saya memulai kehidupan baru setelah menjadi wartawan yang berpindah-pindah surat kabar sekaligus menjelajah diseluruh pelosok Sulawesi Selatan. Pernah menjadi pengelola Surat Kabar Pemda Sulsel SUARA CELEBES yang dibuat bersama H.Syalrul Yasin Limpo yang sekarang Gubernur Sulsel. Menekuni bidang penulisan selain karya jurnalistik, juga puisi dan naskah drama hingga naskah senitron. Panggung politik barulah saya kenal ketika berawal menjadi pengurus AMPI Sulsel dan juga di KNPI.
Berawal sebagai pengurus Golkar Makassar hingga sekarang menjadi Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Korwil VIII-Bone, dibawah kepemimpinan H.M.Amin Syam. Di AMPI, kami bersama H.Moh Roem, Syarul yasin Limpo, Andi Mappajanci Amien, H.A.M.Nurdin Halid, Agus Arifin Nu’mang, Ilham Arief Sirajuddin dan sederet nama yang kini banyak berkiprah didunia politik, birokrasi dan dunia usaha baik di Sulawesi Selatan maupun di Jakarta.
Selain dijurnalistik, saya juga aktif mencari kehidupan dengan berwiraswasta bersama antara lain A.M.Mochtar mendirikan CV.Republika, hingga PT.Benteng Utama yang dikelola H.Rahman, sekarang ini. Seluk beluk dunia konstruksi dan pengadaan barang, pernah dilalui juga bersama Dr.Ismail Pabittei dan Gege Helena. Dunia usaha yang saya geluti itu masih terus dikembangkan, namun tidak langsung. Saat ini juga membina KSU KUPP-Karang Taruna, Koperasi Ternak Wawo Bulu di Bone dan sering memfasilitasi KUD untuk akses diperbankan, seperti KUD Lalabata, Lamuru, Bone.
Aktivitas didunia kesenian, tidak akan pernah ditinggalkan sekalipun saya sibuk dengan menjadi anggota DPRD Sulsel sejak tahun 1997. Banyak kegiatan kami yang telah berjalan, terakhir lebih focus pada pengkajian dan penulisan buku tentang seni dan budaya. Mendirikan Lembaga Seni Tradsional yang menjadi penyelenggara Festival Serumpun Bugis, sudah tujuh tahun dilaksanakan. Kini mengelola Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Budaya Bugis dengan pusat kegiatan di Watampone. ( jika ada yang mau mengaksesnya melalui : www.bugisculture.com.
Selain itu ikut mendukung berbagai program pembinaan kesenian dan kebudayaan, seperti Pembinaan Museum La Patau Matanna Tikka di Nagauleng, Cenrana, Bone. Beberapa buku telah diterbitkan seperti Jejak Sejarah Islam di Sulsel, Kajaolaliddong Sang CEndekiawan Bugis, Catatan Harian Raja Bone, bahkan memprakarsasi penyusunan silabus dan bahan ajar seni tradisional di sekolah-sekolah di Sulsel.
Aktivitas lain, masih menjadi Ketua Karang Taruna Sulsel sejak tahun 2002, karena itu banyak keliling bersentuhan dengan para pemuda dan remaja desa. Melancarkan program pelatihan Sosial Community Leaders (SCL) untuk anggota Karang Taruna. Jika ingin mengakses silakan disitus kami :www..Karangtarunasulsel.or.id.
Selain diorganisasi politik, pemuda dan organisasi sosial, sebab juga membina LSM seperti LSM SABDA, LSM Pemberdayaan Masyarakat Sulsel, LSM Madani di Wajo, Manurunge di Bone, dllnya, juga memprakarsai pembinaan kegiatan keagamaan hingga mendirikan TPA Kajaolaliddong dan TPA Nurul Hadhy di Bone, hingga TPA dan TKA di atas air di Danau Tempe, Wajo. Memang menjadi kebiasaan menguruskan dana bantuan masjid dan pesantren sekaligus menemui tokoh-tokoh agama di daerah-daerah. Salah satu pondok pesantren yang menjadi sasaran perhatian adalah Yayasan Darul Hufadz, Pondok Pesantren Tuju-Tuju, Kajuara, Bone, pusat penghapalan al-Qur’an terbesar di Sulsel.
Sesungguhnya masih banyak rangkaian kegiatan yang bisa saya sajikan, termasuk menjadi Staf pengajar pada FKM UVRI dan FE-UVRI, serta kegiatan Olahraga sebagai Pengurus INKADO Sulsel. Namun sementara inilah berbagai rangkaian kehidupan saya. Maaf untuk diketahui, bahwa telah mengjungi seluruh Kabupaten/kota hingga berbagai pelosok desa di Sulsel, hampir semua provinsi di Indonesia, semua Negara ASEAN hingga Korea, Jepang dan Cina. Juga pernah ke Australia, Belanda dan Prancis.
Motto : “ Tellabu Essoe Ritengngana BitaraE’ yakni takkan tenggelam mentari ditengah langit. Maknanya, bahwa kalau memang perjalanan hidup sudah seharusnya seperti itu, maka jalanilah saja. Saya mengalir ibarat air, karena itu nilai diri yang saya kembangkan yakni mencoba menggunakan falsafah nilai air.
Visi saya : “ Berkarya untuk sesama, Menjalani hidup karena takdir Allah.”
Misi saya : Mengupayakan agar diri saya berarti dalam kehidupan orang lain. Menjadikan dunia politik sebagai pengabdian untuk rakyat. Mengembangkan nilai luhur budaya Bugis melalui kegiatan seni dan budaya. Mengupayakan pengembangan pemuda dan remaja menjadi manusia berpengetahuan, trampil dan produktif. Mendukung kegiatan keagamaan untuk membentuk Manusia Sulsel yang religius.
Agenda utama saya adalah, Pembinaan Politik, Pengembangan Seni dan Budaya, Pengembangan Usaha Produktif, Pembinaan Kegiatan Keagamaan, Pengembangan Pemuda dan Remaja. Agenda-agenda utama tersebut kami jabarkan dalam berbagai program dan kegiatan yang gambarannya sudah saya uraikan. Semoga ada manfaatnya. Kalau tidak menarik, tolong jangan dicerca, melainkan lupakan saja. Tetapi jika ada yang menarik dan ingin mengetahui lebih lanjut, kunjungilah kami. Sekian dan terima kasih. Salama Topada Salama.’
Saat aktif didunia jurnalistik yang dimulai di Surat Kabar Mingguan Makassar Press kemudian ke SKM.Pos Makassar hingga Koresponden Skh Berita Buata Jakarta, makin menguatkan nama tersebut dan akhirnya saya resmikan melalui Pengadilan Negri Ujungpandang, sebagai nama sah : Ajiep Padindang. Begitulah sebuah nama menjadi berarti dan banyak keluarga kehilangan jejak, kemudian menjadi kikuk memanggilnya.
Saya lahir dari lingkungan kehidupan agraris di Selatan Bone, tepatnya Desa Masago, Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sekarang beralamat di Kompleks Anggreak AM3/1, Minasa, Kabupaten Gowa dan Jalan Sungai Asahan No.1 B, Ponceng, Watampone, Kabupaten Bone.
Orang tua saya berLatar belakang kehidupan petani, sebab ketika peralihan pemerintahan dari system kerajaan menjadi Pemerintahan Republik Indonesia, Bapak saya tercinta Andi Padindang Petta Terru, tidak menjadi pewaris ‘akkarungeng’ melainkan berakhir di kakek saya, Andi Baso Maccirinna, sebagai Arung Masago, sebuah kerajaan palili dari Kerajaan Bone, akhirnya melebur menjadi Desa Masago dalam wilayah Kecamatan Patimpeng.
Saya menghabiskan masa remaja di Kampung halaman dengan menempuh sekolah ke SMP Negri Palattae, berjalan kaki sekitar 8 km pulang pergi, melalui pematang sawah dan terkadang tanpa sandal. Setelah itu ke Makassar dan Alhamdulillah mampu menyelesikan Study sementara hingga S-2 di Program pascasarjana UMI, Tahun 2005. Sebuah perjalanan hidup yang jika diukur sekarang dianggap menderita, tetapi di masa tahun 70-an, sudah terbilang kehidupan yang lumayan. Sebab memang daerah itu baru terbangun dari perjalanan waktu yang melelahkan karena belum merdeka secara fisik, muncul kekacauan akibat DII-TII hingga barulah disekitar tahun 67-an, pembangunan bisa dilaksanakan.
Saya sering berfikir, betapa luar biasanya sikap dan keputusan Seorang Tokoh Pejuang H.A.Pangerang Petta Rani dan ayahnya A.Mappanyukki, yang memperjuangkan dan memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, kemuaian menyerahkan tanah kekuasaannya. Sebuah sikap dari seorang pemimpin yang sulit diikuti di zaman sekarang ini. Sungguh. Seorang raja, menyerahkan wilayah kekuasaan tanpa berharap balas jasa, buktinya ketika saya memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional untuk A.Mappanyukki, betapa sulitnya mengurus di Depsos-RI, kemudian lolos pada tahun 2005. Sedangkan H.A.Pangerang Petta Rani, secara formal belum bergelar Pahlawan Nasional. Wah….
Saya memulai kehidupan baru setelah menjadi wartawan yang berpindah-pindah surat kabar sekaligus menjelajah diseluruh pelosok Sulawesi Selatan. Pernah menjadi pengelola Surat Kabar Pemda Sulsel SUARA CELEBES yang dibuat bersama H.Syalrul Yasin Limpo yang sekarang Gubernur Sulsel. Menekuni bidang penulisan selain karya jurnalistik, juga puisi dan naskah drama hingga naskah senitron. Panggung politik barulah saya kenal ketika berawal menjadi pengurus AMPI Sulsel dan juga di KNPI.
Berawal sebagai pengurus Golkar Makassar hingga sekarang menjadi Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Korwil VIII-Bone, dibawah kepemimpinan H.M.Amin Syam. Di AMPI, kami bersama H.Moh Roem, Syarul yasin Limpo, Andi Mappajanci Amien, H.A.M.Nurdin Halid, Agus Arifin Nu’mang, Ilham Arief Sirajuddin dan sederet nama yang kini banyak berkiprah didunia politik, birokrasi dan dunia usaha baik di Sulawesi Selatan maupun di Jakarta.
Selain dijurnalistik, saya juga aktif mencari kehidupan dengan berwiraswasta bersama antara lain A.M.Mochtar mendirikan CV.Republika, hingga PT.Benteng Utama yang dikelola H.Rahman, sekarang ini. Seluk beluk dunia konstruksi dan pengadaan barang, pernah dilalui juga bersama Dr.Ismail Pabittei dan Gege Helena. Dunia usaha yang saya geluti itu masih terus dikembangkan, namun tidak langsung. Saat ini juga membina KSU KUPP-Karang Taruna, Koperasi Ternak Wawo Bulu di Bone dan sering memfasilitasi KUD untuk akses diperbankan, seperti KUD Lalabata, Lamuru, Bone.
Aktivitas didunia kesenian, tidak akan pernah ditinggalkan sekalipun saya sibuk dengan menjadi anggota DPRD Sulsel sejak tahun 1997. Banyak kegiatan kami yang telah berjalan, terakhir lebih focus pada pengkajian dan penulisan buku tentang seni dan budaya. Mendirikan Lembaga Seni Tradsional yang menjadi penyelenggara Festival Serumpun Bugis, sudah tujuh tahun dilaksanakan. Kini mengelola Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Budaya Bugis dengan pusat kegiatan di Watampone. ( jika ada yang mau mengaksesnya melalui : www.bugisculture.com.
Selain itu ikut mendukung berbagai program pembinaan kesenian dan kebudayaan, seperti Pembinaan Museum La Patau Matanna Tikka di Nagauleng, Cenrana, Bone. Beberapa buku telah diterbitkan seperti Jejak Sejarah Islam di Sulsel, Kajaolaliddong Sang CEndekiawan Bugis, Catatan Harian Raja Bone, bahkan memprakarsasi penyusunan silabus dan bahan ajar seni tradisional di sekolah-sekolah di Sulsel.
Aktivitas lain, masih menjadi Ketua Karang Taruna Sulsel sejak tahun 2002, karena itu banyak keliling bersentuhan dengan para pemuda dan remaja desa. Melancarkan program pelatihan Sosial Community Leaders (SCL) untuk anggota Karang Taruna. Jika ingin mengakses silakan disitus kami :www..Karangtarunasulsel.or.id.
Selain diorganisasi politik, pemuda dan organisasi sosial, sebab juga membina LSM seperti LSM SABDA, LSM Pemberdayaan Masyarakat Sulsel, LSM Madani di Wajo, Manurunge di Bone, dllnya, juga memprakarsai pembinaan kegiatan keagamaan hingga mendirikan TPA Kajaolaliddong dan TPA Nurul Hadhy di Bone, hingga TPA dan TKA di atas air di Danau Tempe, Wajo. Memang menjadi kebiasaan menguruskan dana bantuan masjid dan pesantren sekaligus menemui tokoh-tokoh agama di daerah-daerah. Salah satu pondok pesantren yang menjadi sasaran perhatian adalah Yayasan Darul Hufadz, Pondok Pesantren Tuju-Tuju, Kajuara, Bone, pusat penghapalan al-Qur’an terbesar di Sulsel.
Sesungguhnya masih banyak rangkaian kegiatan yang bisa saya sajikan, termasuk menjadi Staf pengajar pada FKM UVRI dan FE-UVRI, serta kegiatan Olahraga sebagai Pengurus INKADO Sulsel. Namun sementara inilah berbagai rangkaian kehidupan saya. Maaf untuk diketahui, bahwa telah mengjungi seluruh Kabupaten/kota hingga berbagai pelosok desa di Sulsel, hampir semua provinsi di Indonesia, semua Negara ASEAN hingga Korea, Jepang dan Cina. Juga pernah ke Australia, Belanda dan Prancis.
Motto : “ Tellabu Essoe Ritengngana BitaraE’ yakni takkan tenggelam mentari ditengah langit. Maknanya, bahwa kalau memang perjalanan hidup sudah seharusnya seperti itu, maka jalanilah saja. Saya mengalir ibarat air, karena itu nilai diri yang saya kembangkan yakni mencoba menggunakan falsafah nilai air.
Visi saya : “ Berkarya untuk sesama, Menjalani hidup karena takdir Allah.”
Misi saya : Mengupayakan agar diri saya berarti dalam kehidupan orang lain. Menjadikan dunia politik sebagai pengabdian untuk rakyat. Mengembangkan nilai luhur budaya Bugis melalui kegiatan seni dan budaya. Mengupayakan pengembangan pemuda dan remaja menjadi manusia berpengetahuan, trampil dan produktif. Mendukung kegiatan keagamaan untuk membentuk Manusia Sulsel yang religius.
Agenda utama saya adalah, Pembinaan Politik, Pengembangan Seni dan Budaya, Pengembangan Usaha Produktif, Pembinaan Kegiatan Keagamaan, Pengembangan Pemuda dan Remaja. Agenda-agenda utama tersebut kami jabarkan dalam berbagai program dan kegiatan yang gambarannya sudah saya uraikan. Semoga ada manfaatnya. Kalau tidak menarik, tolong jangan dicerca, melainkan lupakan saja. Tetapi jika ada yang menarik dan ingin mengetahui lebih lanjut, kunjungilah kami. Sekian dan terima kasih. Salama Topada Salama.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar